1.
Budidaya
Ikan Lele
Salah satu potensi di Desa Bejaten adalah adanya
pembudidayaan ikan Lele, baik dalam segmen pembibitan Lele maupun segmen
pembesaran Lele siap konsumsi. Warga desa Bejaten, khususnya di
dusun Mranggen, kebanyakan memanfaatkan halaman rumah mereka untuk dipasangi
kolam terpal batako sebagai tempat budidaya pembibitan Lele, dan sebagian lagi
memanfaatkan lahan persawahan yang dikeringkan sebagai kolam tanah untuk segmen
budidaya pembesaran Lele siap konsumsi.
Bibit
Lele yang dijual ukurannya berkisar 5-7cm dengan masa pemeliharaan 3-4 minggu. Dari
benih sebesar itu, dalam jangka waktu pemeliharaan 3-4 bulan akan didapatkan Lele
ukuran konsumsi sebesar 9-12 ekor per kilogram.
Baik
bibit Lele maupun Lele siap konsumsi sudah ada pasarnya sendiri. Biasanya
pembeli datang dari pasar kota Salatiga dan desa-desa tetangga seperti Kadirejo
dan Kauman Lor. Harga jual untuk bibit Lele seharga Rp 150,- per ekor (ukuran
5-7cm), dan untuk Lele siap konsumsi seharga Rp 18.000,- per kg (isi 9-12
ekor). Modal dan biaya operasional yang tidak terlalu banyak, teknis
pembudidayaan yang mudah, hasil keuntungan yang intensif, serta lingkungan desa
Bejaten yang sangat mendukung tersebut menjadi faktor kunci semakin banyaknya
minat warga untuk membudidayakan ikan Lele disini.
2.
Pengrajin
Tahu Tempe
Tahu
dan tempe sudah akrab di lidah orang Indonesia sejak lama. Makanan hasil
variasi olahan kacang kedelai ini pun menjadi makanan yang populer karena
harganya yang relatif terjangkau untuk dikonsumsi masyarakat dari berbagai
lapisan, mulai dari masyarakat kelas bawah, masyarakat kelas menengah, hingga
masyarakat kelas atas.
Industri
kecil ini pun terdapat di desa Bejaten. Dari sekitar dua ratus kilogram kedelai
dalam setiap produksi akan dihasilkan sekitar empat puluh cetakan tahu ukuran
50 x 50 cm. Harga jual tahu per cetakan tersebut adalah sekitar Rp. 20.000,-.
Untuk harga tempe kemasan besar dijual seharga Rp 3.000,00 per bungkus,
sedangkan untuk tempe ukuran kecil diberi harga Rp 1.500,00 per bungkus.
Resiko
dari usaha ini adalah keterbatasan bahan baku, karena selama ini jumlah
produksi kedelai dari petani dalam negeri tidak mencukupi permintaan, harga
kedelai pun sering bergejolak dan mempengaruhi keuntungan pemilik. Selain itu
hasil produksi ini tidak bisa bertahan lama (2-3 hari), jika tidak laku mereka menjualnya untuk bahan
pakan ternak.
3.
Budidaya
Tanaman Cengkeh
Cengkeh merupakan salah satu tanaman rempah asli Indonesia
yang kini mulai dilirik para petani di desa Bejaten. Cengkeh yang kualitasnya
bagus, maka harganya pun otomatis akan tinggi. Agar mendapatkan kualitas
yang tinggi ini pastinya bibit yang unggul akan sangat diperlukan. Untuk alasan
itulah budidaya bibit tanaman cengkeh banyak dilakukan.
Tanaman cengkeh
ini sangat cocok di iklim yang sejuk dan banyak air, jika terjadi kekeringan
maka akan gagal panen. Desa bejaten sangat tepat untuk membudidayakan cengkeh
ini maupun untuk membudidayakan bibitnya yang unggul.
Untuk melakukan
pembibitan, hal pertama yang dibutuhkan adalah memperoleh biji yang unggul dari
pohon induk cengkeh yang unggul (umurnya lebih dari 14 tahun, berbunga lebat
dan daunnya menghijau). Biji yang unggul ini dilihat dari warnanya yang
kekuningan dan berukuran sedang, biji ini kemudian dikuliti dengan hati-hati
dan disemai. Setelah tumbuh akar, persemaian dipindah ke dalam polybag kecil
dan siap tumbuh menjadi bibit.
Harga bibit
tanaman cengkeh ini disesuaikan dengan ukurannya. Untuk ukuran bibit 15-20 cm
dijual seharga Rp 3000,- per batang pohon, ukuran 20-30 cm dijual seharga Rp 5000,-
per batang pohon, untuk ukuran 40-50cm dijual seharga Rp 10.000,- per batang
pohon, ukuran 60-70 cm seharga Rp15.000,- per batang pohon, dan untuk ukuran
yang mencapai 1 m seharga Rp 25.000,- per batang pohon. Untuk harga cengkeh itu
sendiri kini pasarannya sebesar Rp 120.000 per kilogram cengkeh.
4.
Pengrajin
Keranjang Ikan Pindang (Besek)
Pohon Bambu kini
menjadi barang yang istimewa bagi masyarakat. Dari pohon bamboo, berbagai
kerajinan tangan yang bermanfaat ini bisa diperdagangkan dan memiliki nilai
jual yang baik di pasaran.
Warga desa
Bejaten, khususnya di dusun Mranggen yang memiliki lahan pohon bambu yang cukup
luas, mereka memanfaatkan bambu tersebut menjadi produk bernilai lebih yaitu
besek (keranjang untuk ikan).
Biaya produksi
besek sebenarnya sangat murah. Yaitu cukup selonjor bambu. Perajin membeli
selonjor bambu (3-4 m) seharga Rp 45.000,-. Bambu itu dipotong-potong dengan
ukuran panjang 40 cm. Kemudian diserat tipis. Satu lonjor bambu tersebut dapat
menghasilkan 600 besek yang satu buah beseknya akan dihargai Rp 250,-
Memang, hanya
dengan menjadi pengrajin besek, warga sudah bisa menghidupi keluarganya. Hanya
saja pasang surut tetap menghinggapi perajin. Jika pasar ikan lesu, permintaan
besek pun lesu. Selain itu, hambatan yang cukup vital adalah bahan utama
produksi, yaitu bambu. Bambu dapat diproduksi menjadi besek yaitu bambu yang
berumur minimal 1,5 tahun. Sehingga, lama kelamaan bambu di sekitar Desa Bejaten
ini akan langka.
0 komentar:
Posting Komentar