Senin, 10 Agustus 2015

UMKM DESA BEJATEN

1.    Budidaya Ikan Lele

Salah satu potensi di Desa Bejaten adalah adanya pembudidayaan ikan Lele, baik dalam segmen pembibitan Lele maupun segmen pembesaran Lele siap konsumsi. Warga desa Bejaten, khususnya di dusun Mranggen, kebanyakan memanfaatkan halaman rumah mereka untuk dipasangi kolam terpal batako sebagai tempat budidaya pembibitan Lele, dan sebagian lagi memanfaatkan lahan persawahan yang dikeringkan sebagai kolam tanah untuk segmen budidaya pembesaran Lele siap konsumsi.
            Bibit Lele yang dijual ukurannya berkisar 5-7cm dengan masa pemeliharaan 3-4 minggu. Dari benih sebesar itu, dalam jangka waktu pemeliharaan 3-4 bulan akan didapatkan Lele ukuran konsumsi sebesar 9-12 ekor per kilogram.
            Baik bibit Lele maupun Lele siap konsumsi sudah ada pasarnya sendiri. Biasanya pembeli datang dari pasar kota Salatiga dan desa-desa tetangga seperti Kadirejo dan Kauman Lor. Harga jual untuk bibit Lele seharga Rp 150,- per ekor (ukuran 5-7cm), dan untuk Lele siap konsumsi seharga Rp 18.000,- per kg (isi 9-12 ekor). Modal dan biaya operasional yang tidak terlalu banyak, teknis pembudidayaan yang mudah, hasil keuntungan yang intensif, serta lingkungan desa Bejaten yang sangat mendukung tersebut menjadi faktor kunci semakin banyaknya minat warga untuk membudidayakan ikan Lele disini.

2.    Pengrajin Tahu Tempe

Tahu dan tempe sudah akrab di lidah orang Indonesia sejak lama. Makanan hasil variasi olahan kacang kedelai ini pun menjadi makanan yang populer karena harganya yang relatif terjangkau untuk dikonsumsi masyarakat dari berbagai lapisan, mulai dari masyarakat kelas bawah, masyarakat kelas menengah, hingga masyarakat kelas atas. 
Industri kecil ini pun terdapat di desa Bejaten. Dari sekitar dua ratus kilogram kedelai dalam setiap produksi akan dihasilkan sekitar empat puluh cetakan tahu ukuran 50 x 50 cm. Harga jual tahu per cetakan tersebut adalah sekitar Rp. 20.000,-. Untuk harga tempe kemasan besar dijual seharga Rp 3.000,00 per bungkus, sedangkan untuk tempe ukuran kecil diberi harga Rp 1.500,00 per bungkus.
Resiko dari usaha ini adalah keterbatasan bahan baku, karena selama ini jumlah produksi kedelai dari petani dalam negeri tidak mencukupi permintaan, harga kedelai pun sering bergejolak dan mempengaruhi keuntungan pemilik. Selain itu hasil produksi ini tidak bisa bertahan lama (2-3 hari),  jika tidak laku mereka menjualnya untuk bahan pakan ternak.

3.    Budidaya Tanaman Cengkeh

Cengkeh merupakan salah satu tanaman rempah asli Indonesia yang kini mulai dilirik para petani di desa Bejaten. Cengkeh yang kualitasnya bagus, maka harganya pun otomatis akan tinggi. Agar mendapatkan kualitas yang tinggi ini pastinya bibit yang unggul akan sangat diperlukan. Untuk alasan itulah budidaya bibit tanaman cengkeh banyak dilakukan.
Tanaman cengkeh ini sangat cocok di iklim yang sejuk dan banyak air, jika terjadi kekeringan maka akan gagal panen. Desa bejaten sangat tepat untuk membudidayakan cengkeh ini maupun untuk membudidayakan bibitnya yang unggul.
Untuk melakukan pembibitan, hal pertama yang dibutuhkan adalah memperoleh biji yang unggul dari pohon induk cengkeh yang unggul (umurnya lebih dari 14 tahun, berbunga lebat dan daunnya menghijau). Biji yang unggul ini dilihat dari warnanya yang kekuningan dan berukuran sedang, biji ini kemudian dikuliti dengan hati-hati dan disemai. Setelah tumbuh akar, persemaian dipindah ke dalam polybag kecil dan siap tumbuh menjadi bibit.
Harga bibit tanaman cengkeh ini disesuaikan dengan ukurannya. Untuk ukuran bibit 15-20 cm dijual seharga Rp 3000,- per batang pohon, ukuran 20-30 cm dijual seharga Rp 5000,- per batang pohon, untuk ukuran 40-50cm dijual seharga Rp 10.000,- per batang pohon, ukuran 60-70 cm seharga Rp15.000,- per batang pohon, dan untuk ukuran yang mencapai 1 m seharga Rp 25.000,- per batang pohon. Untuk harga cengkeh itu sendiri kini pasarannya sebesar Rp 120.000 per kilogram cengkeh.

4.    Pengrajin Keranjang Ikan Pindang (Besek)

Pohon Bambu kini menjadi barang yang istimewa bagi masyarakat. Dari pohon bamboo, berbagai kerajinan tangan yang bermanfaat ini bisa diperdagangkan dan memiliki nilai jual yang baik di pasaran.
Warga desa Bejaten, khususnya di dusun Mranggen yang memiliki lahan pohon bambu yang cukup luas, mereka memanfaatkan bambu tersebut menjadi produk bernilai lebih yaitu besek (keranjang untuk ikan).
Biaya produksi besek sebenarnya sangat murah. Yaitu cukup selonjor bambu. Perajin membeli selonjor bambu (3-4 m) seharga Rp 45.000,-. Bambu itu dipotong-potong dengan ukuran panjang 40 cm. Kemudian diserat tipis. Satu lonjor bambu tersebut dapat menghasilkan 600 besek yang satu buah beseknya akan dihargai Rp 250,-

Memang, hanya dengan menjadi pengrajin besek, warga sudah bisa menghidupi keluarganya. Hanya saja pasang surut tetap menghinggapi perajin. Jika pasar ikan lesu, permintaan besek pun lesu.  Selain itu, hambatan yang cukup vital adalah bahan utama produksi, yaitu bambu. Bambu dapat diproduksi menjadi besek yaitu bambu yang berumur minimal 1,5 tahun. Sehingga, lama kelamaan bambu di sekitar Desa Bejaten ini akan langka.

0 komentar:

Posting Komentar

© DESA BEJATEN 2012 | Blogger Template by Enny Law - Ngetik Dot Com - Nulis